Farmakologi (pharmacology) berasal dari bahasa Yunani, yaitu pharmacon adalah obat dan logos adalah ilmu. Obat adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup pada tingkat molekular. Farmakologi sendiri dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi obat dengan konstituen (unsur pokok) tubuh untuk menghasilkan efek terapi (therapeutic).
Banyak definisi tentang farmakologi yang dirumuskan oleh para ahli, antara lain: Farmakologi dapat dirumuskan sebagai kajian terhadap bahan-bahan yang berinteraksi dengan sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya melalui pengikatan molekul-molekul regulator yang mengaktifkan atau menghambat proses-proses tubuh yang normal (Betran G. Katzung). Ilmu yang mempelajari mengenai obat, mencakup sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komponen, efek fisiologi dan biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi dan penggunaan obat (Farmakologi dan Terapi UI). Dengan demikian, farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang sangat luas cakupannya. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, beberapa bagian dari farmakologi ini telah berkembang menjadi disiplin ilmu tersendiri dalam ruang lingkup yang lebih sempit, tetapi tidak terlepas sama sekali dari farmakologi, misalnya farmakologi klinik, farmasi, toksikologi, dan lain-lain.
Umumnya, para ahli farmakologi menggabungkan antara farmakologi kedokteran atau farmakologi medis (ilmu yang berkaitan dengan diagnosis, pencegahan, dan pengobatan penyakit) dengan toksikologi (ilmu yang mempelajari efek-efek yang tidak diinginkan dari suatu obat dan zat kimia lain).
Farmakologi adalah salah satu pilar dari proses penemuan obat. Kimiawan obat dapat menciptakan senyawa kandidat, tapi farmakolog adalah orang yang tes untuk aktivitas fisiologis. Senyawa yang menjanjikan diselidiki oleh banyak ilmuwan-ahli toksikologi lainnya, mikrobiologi, dokter-tetapi hanya setelah farmakologi telah mendokumentasikan efek terapi yang potensial. Artikel ini secara singkat menyajikan sejarah perkembangan farmakologi dan beberapa metode dasar yang digunakan.
Secara etimologis, farmakologi adalah ilmu obat (pharmakos Yunani, obat-obatan atau narkoba, dan logo, studi). Dalam pelaksanaannya, namun, artinya terbatas pada studi tentang tindakan obat. Farmakologi telah didefinisikan sebagai "ilmu eksperimental yang memiliki untuk tujuan studi perubahan yang dibawa dalam organisme hidup oleh kimia bertindak zat (dengan pengecualian dari makanan), apakah digunakan untuk tujuan terapeutik atau tidak."
Farmakologi mempelajari efek obat dan bagaimana mereka mengerahkan efek mereka. Ada perbedaan antara apa obat yang dilakukan dan bagaimana ia bertindak. Dengan demikian, amoksisilin menyembuhkan radang tenggorokan, dan cimetidine mempromosikan penyembuhan ulkus duodenum. Farmakologi bertanya "Bagaimana"? Amoksisilin menghambat sintesis dinding sel mucopeptide oleh bakteri yang menyebabkan infeksi, dan simetidin menghambat sekresi asam lambung dengan aksi antagonis pada reseptor H2 histamin.
Sejarah Farmakologi dibagi menjadi 2 periode yaitu periode kuno dan periode modern. Periode kuno (sebelum tahun 1700) ditandai dengan observasi empirik penggunaan obat dapat dilihat di Materia Medika. Catatan tertua dijumpai pada pengobatan Cina dan Mesir. Claudius Galen (129–200 A.D.), orang pertama yg mengenalkan bahwa teori dan pengalaman empirik berkontribusi seimbang dalam penggunaan obat. Theophrastus von Hohenheim (1493–1541 A.D.), atau Paracelsus: All things are poison, nothing is without poison; the dose alone causes a thing not to be poison.” Johann Jakob Wepfer (1620–1695) the first to verify by animal experimentation assertions about pharmacological or toxicological actions.
Periode modern dimulai Pada abad 18-19, mulai dilakukan penelitian eksperimental tentang perkembangan obat, tempat dan cara kerja obat, pada tingkat organ dan jaringan. Rudolf Buchheim (1820–1879) mendirikan the first institute of Pharmacology di the University of Dorpat (Tartu, Estonia) in 1847 pharmacology as an independent scientific discipline. Oswald Schmiedeberg (1838–1921), bersama seorang internist, Bernhard Naunyn (1839–1925), menerbitkan jurnal farmakologi pertama. John J. Abel (1857–1938) “The Father of American Pharmacology”, was among the first Americans to train in Schmiedeberg‘s laboratory and was founder of the Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics (published from 1909 until the present).
B. Cabang-Cabang Farmakologi
Farmakologi mempunyai cabang-cabang ilmu yang mempelajari obat secara lebih spesifik. Cabang-cabang farmakologi adalah sebagai berikut :
1. Farmakodinamik, adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat, efek obat terhadap faal tubuh dan perubahan biokimia tubuh. Efek obat terhadap tubuh ini dibagi menjadi 8 bagian, yaitu :
a. Efek terapi, yaitu efek obat yang diinginkan seperti menyembuhkan penyakit atau meringankan dan meniadakan gejalanya.
b. Efek samping, yaitu efek obat yang tidak diinginkan yang berlainan dengan efek terapi .
c. Efek toksik, yaitu efek obat yang tidak diinginkan karena bersifat toksik atau racun, biasanya terjadi karena dosis obat yang terlalu tinggi.
d. Toleransi, yaitu peristiwa dimana dosis obat harus dinaikan terus menerus untuk mencapai efek terapi yang sama.
e. Habituasi, yaitu ketergantungan fisik akibat kebiasaan dalam mengonsumsi suatu obat.
f. Adisi, yaitu ketergantungan atau ketagihan obat secara fisik dan mental dan apabila pemakaian obat dihentikan maka akan menimbulkan efek hebat yang menyakitkan.
g. Alergi, yaitu peristiwa hipersensitif atau kepekaan berlebih terhadap suatu obat sehingga menimbulkan efek yang berlainan seperti gatal, kemerahan, dan sebagainya.
h. Idiosinkrasi, yaitu peristiwa dimana suatu obat memberikan efek yang sangat berlainan dari efek terapinya.
Selain hal diatas, Farmakodinamika juga membahas mengenai waktu pemakaian obat, indeks terapi, kombinasi obat, serta interaksi obat terhadap obat lain ataupun makanan dan minuman.
2. Farmakokinetik, adalah ilmu yang mempelajari cara pemberian obat, biotranformasi atau perubahan yang dialami obat di dalam tubuh dan cara obat di keluarkan dari tubuh (ekskresi).
Mekanisme obat dalam tubuh terbagi menjadi beberapa proses, yang meliputi :
· Absorpsi (Penyerapan)
Ini merupakan proses pertama yang sangat penting, karena tanpa adanya proses absorpsi maka proses-proses lainnya tidak akan terjadi. Obat yang dikonsumsi, kemudian di dalam tubuh akan terpecah dan diserap oleh saluran cerna.
Proses penyerapan ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
- Kelarutan obat
- Konsentrasi (jumlah) obat
- Kemampuan obat melintasi sel membran
- Luas permukaan obat
- Bentuk sediaan obat
- Cara dan waktu pemakaian obat
-
Untuk obat luar tubuh, proses penyerapannya melalui kulit atau selaput lendir.
· Distribusi (Penyaluran)
Setelah obat diserap oleh tubuh, proses yang terjadi selanjutnya adalah penyaluran obat tersebut ke seluruh tubuh atau bagian tubuh yang diobati.
Proses penyaluran ini umumnya melalui darah. Adapun jika yang dipakai adalah obat luar tubuh (topikal) maka distribusinya adalah melalui kulit.
· Metabolisme (Pengolahan)
Setelah sebelumnya melewati proses penyerapan dan juga penyaluran ke seluruh tubuh atau bagian yang diobati, kemudian obat akan memunculkan efek atau khasiatnya. Disinilah peranan proses metabolisme, setelah obat menghasilkan efek yang diinginkan kemudian obat akan diolah sedemikian rupa agar bisa dikeluarkan dari tubuh. Proses pengolahan ini biasa terjadi di dalam ginjal, kecuali pada obat luar. Karena memang obat luar tidak dikonsumsi sehingga proses metabolisme tidak terjadi.
Adapun beberapa hal yang mempengaruhi proses metabolisme obat :
- Usia
- Fungsi hati
- Faktor genetik
- Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan
· Ekskresi (Pengeluaran)
Ini merupakan proses terakhir, dari yang awalnya obat diserap tubuh, kemudian di distribusikan, lalu timbul efek pengobatan, setelah itu zat sisa obat di metabolisme atau diolah agar bisa dikeluarkan, dan yang terakhir adalah proses pengeluaran zat sisa obat tersebut.
Proses pengeluaran terjadi melalui beberapa organ, yaitu :
- Kulit (bersama keringat)
- Paru-paru (bersama penafasan)
- Hati (bersama saluran empedu)
- Air Susu Ibu (misalnya alkohol, obat tidur, nikotin rokok, dll)
- Ginjal (bersama air seni)
3. Farmakoterapi, merupakan cabang ilmu farmakologi yang mempelajari penggunaan obat untuk pencegahan dan menyembuhkan penyakit
4. Farmakognosi, adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat
5. Khemoterapi, adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari pengobatan penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen termasuk pengobatan neoplasma
6. Toksikologi, adalah ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia termasuk obat, zat yang digunakan dalam rumah tangga, industri, maupun lingkungan hidup lain. Dalam cabang ini juga dipelajari cara pencegahan, pengenalan dan penanggulangan kasus-kasus keracunan.
7. Farmasi, adalah membidangi ilmu yang meracik obat, penyediaan dan penyimpan obat, pemurnian, penyempurnaan dan penyajian obat.
C. Tokoh yang Berperan Dalam Perkembangan Sejarah Farmakologi
Tokoh-tokoh yang berperan dalam sejarah farmakologi adalah sebagai berikut :
1. Claudius Galen (AD 129–200)
Merupakan orang yang pertama memperhatikan farmakologi secara teoritis. Teori dan pengalamannya memberikan kontribusi terhadap penggunaan obat yang rasional. Dalam sejarah tercatat petikannya :
“The empiricists say that all is found by experience. We, however, maintain that it is found in part by experience, in part by theory. Neither experience nor theory alone is apt to discover all”.
2. Theophrastus von Hohenheim (1493–1541)

Disebut Paracelsus, beliau mulai mempertanyakan doktrin-doktrin yang diwariskan pada zaman dulu. Berdasarkan pengetahuannya terhadap bahan-bahan aktif obat yang diresepkan, dia meresepkan berbagai senyawa kimia. Dengan itu, ia dituduh sebagai orang yang memberikan racun. Untuk melawan tuduhannya, dia membuat thesis yang menjadi aksiom farmakologi :
If you want to explain any poison properly, what then is not a poison? All things are poison, nothing is without poison; the dose alone causes a thing not to be poison.
3. Johann Jakob Wepfer (1620–1695)

Orang yang pertama kali menyatakan dan memverifikasi pengujian dengan menggunakan hewan uji. Petikan nya adalah :
I pondered at length. Finally I resolved to clarify the matter by experiments.
4. Rudolf Buchheim (1820–1879)
Merupakan pendiri institute of pharmacology yang pertama di University Dorpat (Tartu, Estonia) pada 1847, yang mengantarkan farmakologi sebagai suatu disiplin ilmu yang independen. Dia juga berusaha menjelaskan efek senyawa kimia yang terkandung di dalam obat.
5. Oswald Schmiedeberg (1838–1921)
Dikenal sebagai bapak farmakologi modern, beliau meningkatkan reputasi farmakologi. Beberapa konsep yang fundamental mulai dimunculkan seperti hubungan struktur aktifitas, reseptor obat dan toksisitas selektif. Teori reseptor pertama kali diformalkan di inggris oleh Alexander J. Clarke (1885–1941) pada awal tahun 1920 dengan menerapkan Hukum Aksi Massa pada interaksi obat-reseptor. Bersama internis Bernhard Naunyn (1839-1925), Schmiedeberg mendirikan jurnal pertama farmakologi. Bapak Farmakologi Amerika, John J. Abel (1857-1938) merupakan salah satu orang Amerika pertama yang mengajar di laboratorium Schmiedeberg dan merupakan pendiri Journal of Farmakologi and Experimental Therapeutics (diterbitkan dari 1909 sampai sekarang).
D. FARMAKOPE
FARMAKOPE buku yang tidak asing bagi seorang farmasis, tapi tidak semua yang tahu sejarahnya. Di buku-buku teks yang sering dipakai hanya diterangkan tentang farmakope di tiap negara, bahkan di
farmakope sendiri juga demikian.
Farmakope (pharmacopeia: pharmakon=obat, poiein=buat) mengandung arti resep atau formula atau standar lainnya yang dibutuhkan untuk membuat atau menyiapkan suatu obat. Pada awalnya penulisan farmakope dipelopori oleh seorang dokter Arab yaitu Sabur Ibnu Sahl (wafat 869 M). Di dalam kitab Al-Aqrabadhin, Ibnu Sahl menjelaskan beragam jenis obat-obatan, resep kedokteran tentang kaedah dan teknik meracik obat, tindakan farmakologisnya dan dosisnya untuk setiap penggunaan. Formula ini ditulis untuk ahli-ahli farmasi selama hampir 200 tahun
Kemudian istilah pharmacopeia baru dipakai pada tahun 1580 di Bergamo-Italia berhubungan dengan buku setempat tentang standar obat. Sejak saat itu farmakope untuk tiap kota, propinsi, dan negara yang terbit di Eropa, tidak terhitung lagi jumlahnya. Hingga kemudian farmakope diseragamkan sesuai dengan alam atau iklim dan IPTEK masing-masing negara.
United States Pharmacopeia (USP) pertama kali diterbitkan Amerika tahun 1820. British Pharmacopeia (BP) di Inggris terbit pertama kalinya tahun 1864. Pharmacopeia Internationalis atau International Pharmacopeia (IP) volume pertama diterbitkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO=World Health Organization) tahun 1951. Lalu di Indonesia terbit Farmakope Indonesia jilid I edisi I yang merupakan farmakope nasional pada tahun 1962. Kemudian secara berkala tiap negara merevisi farmakope mereka sesuai perkembangan IPTEK.
Negara yang tidak memiliki farmakope sendiri, sering menggunakan kepunyaan negara lain untuk penyesuaian dan pengaturan standar-standar obat. Pemilihan farmakope negara lain biasanya berdasarkan letak geografis, persamaan sejarah, bahasa, atau persamaan dalam produk farmasi yang biasa digunakan. Seperti di Indonesia sebelum ada Farmakope Indonesia, yang berlaku adalah Netherlands Pharmacopeia (NF) milik Belanda, karena Indonesia merupakan jajahan Belanda dan banyak mahasiswa yang belajar ke Belanda pada masa itu.
E. Farmakognosi
A. Hubungan Farmakognosi Dengan Obat
Perkataan Farmakognosi berasal dari dua kata Yunani yaitu Pharmakon yang berarti obat dan gnosis yang berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi farmakognosi berarti pengetahuan tentang obat.
Definisi yang mencakup seluruh ruang lingkup farmakognosi diberikan oleh Fluckiger, yaitu pengetahuan secara serentak berbagai macam cabang ilmu pengetahuan untuk memperoleh segala segi yang perlu diketahui tentang obat.
Ada beberapa definisi tentang obat misalnya :
1.
Obat :
Yakni suatu bahan atau paduan bahan – bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa, mencegah, mengurangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok bagian badan manusia.
2.
Obat Jadi :
Yakni obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, cairan, salep, tablet, pil, suppositoria atau bentuk yang mempunyai nama teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku- buku lain yang ditetapkan pemerintah .
3.
Obat Paten :
Yakni obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama si pembuat atau dikuasakannya dan dijual dalam bungkus asli dari pabrik yang memproduksinya.
4.
Obat Baru :
Yakni obat yang terdiri dari atau berisi suatu zat baik sebagai bagian yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, misalnya lapisan, pengisi, pelarut, bahan pembantu atau komponen lain yang belum dikenal, sehingga tidak diketahui khasiat atau kemurniannya.
5.
Obat Tradisional :
Adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan- bahan tersebut, cara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
B. Ruang Lingkup Farmakognosi
Farmakognosi adalah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa, sehingga ruang lingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi Fluckiger. Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya meliputi segi pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang seharusnya juga mencakup identifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa. Sebagai contoh : Chloramphenicol dapat dibuat secara sintesa total, yang sebelumnya hanya dapat diperoleh dari biakkan cendawan Streptomyces venezuela.
Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan menentukan sistimatikanya, maka diperoleh bahan alam berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi, dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan yang siap pakai atau simplisia, disinilah keterkaitannya dengan farmakognosi.
Simplisia yang diperoleh dapat berupa rajangan atau serbuk. Jika dilakukan uji khasiat, diadakan pengujian toksisitas, uji pra klinik dan uji klinik untuk menentukan fitofarmaka atau fitomedisin ; bahan – bahan fitofarmaka inilah yang disebut obat. Bila dilakukan uji klinik, maka akan diperoleh obat jadi.
Serbuk dari simplisia jika diekstraksi dengan menggunakan berbagai macam metode ekstraksi dengan pemilihan pelarut , maka hasilnya disebut ekstrak. Apabila ekstrak yang diperoleh ini diisolasi dengan pemisahan berbagai kromatografi, maka hasilnya disebut isolat.
Jika isolat ini dimurnikan, kemudian ditentukan sifat – sifat fisika dan kimiawinya akan dihasilkan zat murni, yang selanjutnya dapat dilanjutkan penelitian tentang identifikasi, karakterisasi, elusidasi struktur dan spektrofotometri.
Proses ekstraksi dari serbuk sampai diperoleh isolat bahan obat dibicarakan dalam fitokimia dan analisis fitokimia. Bahan obat jika diadakan uji toksisitas dan uji pra klinik akan didapatkan obat jadi. Mulai dari bahan obat sampat didapatnya obat jadi dapat diuraikan dalam skema berikut :
C. Hubungan Farmakognosi Dengan Botani - Zoologi
Simplisia harus mempunyai identitas botani – zoologi yang pasti, artinya harus diketahui dengan tepat nama latin tanaman atau hewan dari mana simplisia tersebut diperoleh, misalnya : menurut Farmakope Indonesia ditentukan bahwa untuk Kulit Kina harus diambil dari tanaman asal Cinchona succirubra, sedangkan jenis kina terdapat banyak sekali , yang tidak mempunyai kadar kina yang tinggi. Atas dasar pentingnya identitas botani – zoologi maka nama –nama tanaman atau hewan dalam Farmakope selalu disebut nama latin dan tidak dengan nama daerah, karena satu nama daerah seringkali berlaku untuk lebih dari satu macam tanaman sehingga dengan demikian nama daerah tidak selalu memberikan kepastian identitas. Dengan demikian menetapkan identitas botani – zoologi secara tepat adalah langkah pertama yang harus ditempuh sebelum melakukan kegiatan-kegiatan lainnya dalam bidang farmakognosi.
D. Hubungan Farmakognosi Dengan Ilmu – Ilmu Lain
Sebelum kimia organik dikenal, simplisia merupakan bahan utama yang harus tersedia di tempat meramu atau meracik obat dan umumnya diramu atau diracik sendiri oleh tabib yang memeriksa sipenderita, sehingga dengan cara tersebut Farmakognosi dianggap sebagai bagian dari Materia Medika. Simplisia diapotik kemudian terdesak oleh perkembangan galenika, sehingga persediaan simplisia di apotik digantikan dengan sediaan – sediaan galenik yaitu, tingtur, ekstrak, anggur dan lain – lain.
Kemudian setelah kimia organik berkembang, menyebabkan makin terdesaknya kedudukan simplisia di apotik - apotik. Tetapi hal ini bukan berarti simplisia tidak diperlukan lagi, hanya tempatnya tergeser ke pabrik - pabrik farmasi, Tanpa adanya simplisia di apotik tidak akan terdapat sediaan-sediaan galenik, zat kimia murni maupun sediaan bentuk lainnya, misalnya: serbuk, tablet, ampul, contohnya: Injeksi Kinin Antipirin, Secara sepintas Kinina antipirin dibuat secara sintetis tetapi dari sediaan tersebut hanya Antipirin saja yang dibuat sintetis sedangkan kinina hanya dapat diperoleh jika ada Kulit Kina, sedangkan untuk mendapatkan kulit kina yang akan ditebang atau dikuliti adalah dari jenis Cinchona yang dikehendaki. Untuk memperoleh jenis Cinchona yang dikehendaki tidak mungkin diambil dari jenis Cinchona yang tumbuh liar, sehingga harus ada cara pengumpulan dan perkebunan yang baik dan terpelihara. Dalam perkebunan ini farmakognosi erat hubungannya dengan ilmu-ilmu lain misalnya: Biokimia, dalam pembuatan zat-zat sintetis seperti Kortison, Hidrokortison dan lain - lainnya.
Dari contoh - contoh tersebut maka dapat diketahui bahwa ruang lingkup Farmakognosi tidak terbatas pada pengetahuan tentang simplisia yang tertera dalam Farmakope, tetapi meliputi pemanfaatan alam nabati- hewani dan mineral dalam berbagai aspeknya di bidang farmasi dan Kesehatan.
E. Sejarah Dan Perkembangan Farmakognosi
Pada kurang lebih 2500 tahun sebelum masehi, penggunaan tanaman obat sudah dilakukan orang, hal ini dapat diketahui dari lempeng tanah liat yang tersimpan di Perpustakaan Ashurbanipal di Assiria, yang memuat simplisia antara lain kulit delima, opium, adas manis, madu, ragi, minyak jarak. Juga orang Yunani kuno misalnya Hippocrates (1446 sebelum masehi), seorang tabib telah mengenal kayu manis, hiosiamina, gentiana, kelembak, gom arab, bunga kantil dan lainnya.
Pada tahun 1737 Linnaeus, seorang ahli botani Swedia, menulis buku “Genera Plantarum” yang kemudian merupakan buku pedoman utama dari sistematik botani, sedangkan farmakognosi modern mulai dirintis oleh Martiuss. Seorang apoteker Jerman dalam bukunya “Grundriss Der Pharmakognosie Des Planzenreisches” telah menggolongkan simplisia menurut segi morfologi, cara- cara untuk mengetahui kemurnian simplisia.
Farmakognosi mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad ke 19 dan masih terbatas pada uraian makroskopis dan mikroskopis. Dan sampai dewasa ini perkembangannya sudah sampai ke usaha- usaha isolasi, identifikasi dan juga teknik-teknik kromatografi untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif.
F. Ejaan Latin
Meskipun alfabet Latin sama dengan alfabet yang dipergunakan dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan ejaan yang disempurnakan pada bahasa Indonesia, maka terrdapat perbedaan cara pengucapan dari beberapa huruf dan rangkaian huruf.
Cara pembacaan huruf – huruf atau rangkaian – rangkaian huruf Latin yang dimaksud, dapat kita lihat pada contoh – contoh berikut ini :
Huruf atau rangkaian huruf
Dibaca sebagai
Contoh
Diucapkan sebagai
ae
e
Galangae
ga-la-nge
Lobeliae
lo-be-li-e
c
k jika diikuti huruf a, o, u atau huruf mati
Cacao
ka-ka-o
Cola
ko-la
Curcuma
kur-ku-ma
Fructus
Fruk -tus
c
s jika diikuti huruf e, i, y
Cera
Se-ra
Citri
Sit-tri
Glycyrrhiza
Gli-si-ri-sa
cc
kk jika diikuti huruf a , o, u
Succus
Suk-kus
cc
ks jika diikuti huruf
Coccinella
Kok-si-ne-la
e, i, y
ch
kh jika diikuti huruf
Cinchona
Sin-ko-na
hidup
ch
h jika diikuti huruf mati
Strychni
Strih-ni
eae
e
Dioscoreae
Di-es-ko-re
eu
e + u
Oleum
O-le-um
Cetaceum
Se-ta-se-um
ff
f
Paraffinum
Pa-ra-fi-num
ie
i..+ ye
Iecoris
Iye-ko-ris
ii
i + i
Aurantii
Au-ran-ti-i
j
y
Cajuputi
Ka-yu-pu-ti
ll
l
Vanilla
Va-ni-la
mm
m
Gummi
Gu-mi
Ichtammolum
Ih-ta-mo-lum
nh
n
Ipecacuanhae
I-pe-ka-ku-ane
oe
eu
Foeniculi
Feu-ni-ku-li
Asafoetida
A-sa-feu-ti-da
nn
n
Belladonna
Be-la-do-na
Sennae
Se-ne
ph
f
Orthosiphon
Or-to-si-fon
pp
p
hippoglossi
hi-po-glo-si
qu
kw
quercus
kwer-kus
rh
r
rhei
rhizoma
re-i
ri-zo-ma
rr
r
myrrha
mi-ra
sh
sy
shorea
syo-re
purshiana
pur-si-a-na
ss
s
Cassia
ka-si-a
th
t
Mentha
men-ta
tiae
sie
Liquiritiae
li-kwi-ri-sie
Huruf atau rangkaian huruf
Dibaca sebagai
Contoh
Diucapkan sebagai
x
ks jika tertera pada tengah / akhir kata
Pix
p iks
radix
ra-diks
cortex
kor-teks
bixa
bik-sa
x
s jika pada permulaan kata
xanthorrhiza
san-to-ri-za
y
i jika didahului dan / atau diikuti oleh huruf mati
hydrastis
hi-dras-tis
maydis
ma-i-dis
y
y jika diapit oleh 2 huruf hidup
papaya
pa-pa-ya
G. Tata Nama Latin Tanaman
1.
Nama Latin tanaman terdiri dari 2 kata, kata pertama disebut nama genus dan perkataan kedua disebut petunjuk species , misalnya nama latin dari padi adalah Oryza sativa, jadi Oryza adalah genusnya sedangkan sativa adalah petunjuk speciesnya. Huruf pertama dari genus ditulis dengan huruf besar dan huruf pertama dari petunjuk species ditulis dengan huruf kecil .Nama ilmiah lengkap dari suatu tanaman terdiri dari nama latin diikuti dengan singkatan nama ahli botani yang memberikan nama latin tersebut.
Beberapa contoh adalah sebagai berikut :
Nama ahli botani Disingkat sbg Nama tanaman lengkap
Linnaeus L Oryza sativa L
De Candolle DC Strophanthus hispidus DC
Miller Mill Foeniculum vulgare Mill
Houttuyn Houtt Myristica fragrans Houtt
2
Nama latin tanaman tidak boleh lebih dari 2 perkataan, jika lebih dari 2 kata (3 kata), 2 dari 3 kata tersebut harus digabungkan dengan tanda (-) .
Contoh : Dryopteris filix – mas
Strychnos nux - vomica
Hibiscus rosa - sinensis
3
Kadang- kadang terjadi penggunaan 1 nama latin terhadap 2 tanaman yang berbeda, hal ini disebut homonim dan keadaan seperti ini terjadi sehingga ahli botani lain keliru menggunakan nama latin yang bersangkutan terhadap tanaman lain yang juga cocok dengan uraian morfologis tersebut.
H. Tata Nama Simplisia
Dalam ketentuan umum Farmakope Indonesia disebutkan bahwa nama simplisia nabati ditulis dengan menyebutkan nama genus atau species nama tanaman, diikuti nama bagian tanaman yang digunakan. Ketentuan ini tidak berlaku untuk simplisia nabati yang diperoleh dari beberapa macam tanaman dan untuk eksudat nabati.
Contoh :
1.
Genus + nama bagian tanaman :
Cinchonae Cortex, Digitalis Folium, Thymi Herba, Zingiberis Rhizoma
2.
Petunjuk species + nama bagian tanaman :
Belladonnae Herba, Serpylli Herba, Ipecacuanhae Radix, Stramonii Herba
3.
Genus + petunjuk species + nama bagian tanaman :
Curcuma aeruginosae Rhizoma, Capsici frutescentis Fructus
Keterangan : Nama species terdiri dari genus + petunjuk spesies
Contoh :
Nama spesies : Cinchona succirubra
Nama genus : Cinchona
Petunjuk species : succirubra
I. Tempat Tumbuh
Pengertian tumbuh adalah daerah yang banyak menghasilkan simplisia yang bersangkutan. Data tentang tempat tumbuh asli kadang-kadang hanya mempunyai nilai sejarah dan tidak mempunyai arti ekonomis, misalnya :
§ Tanaman kina yang asli terdapat dipegunungan Andez di Amerika selatan, sekarang kultur yang ekonomis bernilai hanya dilakukan di pulau Jawa
§ Minyak Kenanga yang semula dikuasai produknya oleh Filipina, sekarang sebagian besar diproduksi di kepulauan Nossi Be dan Komoro dekat Madagaskar.
§ Untuk keperluan tertentu, cengkeh Zanzibar ternyata lebih disukai dari cengkeh daerah asalnya , kepulauan Maluku.
§ Buah Vanili asli dari Meksiko tidak lagi diproduksi di daerah asalnya, melainkan di produksi di Tahiti, Indonesia dan kepulauan Reunion.
J. Beberapa Definisi
1
Simplisia :
adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
2.
Simplisia nabati :
adalah simplisia berupa tanaman utuh,bagian tanaman atau eksudat tanaman.
Eksudat tanaman :
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni .
3.
Simplisia hewani :
adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
4.
Simplisia mineral : ( pelikan)
adalah simplisia yang berupa mineral (pelikan) yang belum diolah atau diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
5.
Alkaloida :
adalah suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen ( N) pada umumnya berasal dari tanaman , yang mempunyai efek fisiologis kuat/ keras terhadap manusia. Sifat lainnya adalah sukar larut dalam air, dengan suatu asam akan membentuk garam alkaloid yang lebih mudah larut dalam air. Contohnya Codein, Papaverin, Atropin
6.
Glikosida :
Adalah suatu zat yang oleh enzim tertentu akan terurai menjadi satu macam gula serta satu atau lebih zat bukan gula. Contohnya amigdalin, oleh enzim emulsin akan terurai menjadi glukosa + benzaldehida + asam biru ( sianida).
7.
Enzim :
adalah suatu biokatalisator yaitu senyawa atau zat yang berfungsi mempercepat reaksi biokimia / metabolisme dalam tubuh organisme. Sering mempunyai nama dengan akhiran ase, seperti : Amilase, Penisilinase dan lain- lain. Daya kerjanya dibatasi oleh suhu , dimana pada suhu 00 C tidak akan aktif dan diatas 600 C akan mati.
8.
Vitamin :
adalah suatu zat yang dalam jumlah sedikit sekali diperlukan oleh tubuh manusia untuk membentuk metabolisme tubuh. Tubuh manusia sendiri tidak dapat memproduksi vitamin.
9.
Hormon :
adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh kelenjar endokrin yang mempengaruhi faal tubuh dan mempengaruhi besar bentuk tubuh. Bahan organik asing, disingkat benda asing, adalah satu atau keseluruhan dari apa yang disebutkan dibawah ini :
a. Fragmen bagian atau bagian tanaman asal simplisia selain bagian tanaman yang disebutkan dalam paparan makroskopik atau bagian sedemikian yang nilai batasnya disebut monografi
b. Hewan atau hewan asing berikut fragmennya, zat yang dikeluarkan hewan, kotoran hewan, batu, tanah atau zat pengotor lainnya
K. Budidaya Tanaman Obat
Berdasarkan kenyataan hingga sekarang sumber simplisia nabati sebagian masih diperoleh dengan menebang atau memungut langsung dari tempat tumbuh alami. Sedangkan pembudidayaan tanaman obat masih terbatas pada jenis-jenis tertentu.
Penambangan simplisia tanpa pertimbangan atau pengelolaan yang baik demi kesetimbangan alam, akan dapat mengakibatkan kelangkaan. Bahkan sering terjadi, dengan pengenalan teknologi baru atau pengabaian lingkungan tumbuh, dapat menimbulkan dampak (akibat) yang merugikan bagi kelestarian suatu species. Adanya tindakan pembudidayaan, merupakan suatu tindakan pengadaan atau penyediaan simplisia secara kontinyu dan teratur yang sekaligus dapat merupakan suatu pelestarian nuftah. Pembudidayaan tanaman obat dapat pula merupakan usaha utama atau sambilan yang dapat menambah pendapatan keluarga.
Dipekarangan pengembangan TOGA (tanaman obat keluarga) berarti pendayagunaan lahan untuk untuk memenuhi nilai estetika maupun untuk keperluan kesehatan. Umumnya simplisia hasil budidaya pedesaan mutunya belum tinggi. Hal ini umumnya karena kurang intensifnya penanaman, meliputi cara bertanam, pemeliharaan dan panen. Bahkan sering penentuan waktu panen lebih banyak berorientasi kepada harga pasar dari pada stadia tumbuh yang erat hubungannya dengan tingginya hasil dan kualitas.
Budidaya tanaman obat pada hakekatnya adalah suatu cara pengelolaan sehingga suatu tanaman obat dapat mendatangkan hasil tinggi dan bermutu baik. Keadaan ini bisa terjadi jika tanaman dapat tumbuh pada lingkungan yang sesuai , antara lain pada kesuburan tanah sepadan, iklim yang sesuai dengan teknologi tepat guna.
Tahap pembudidayaan tanaman dilakukan sebagai berikut :
1. Pengelolaan tanah
Sebagian besar tanaman obat diusahakan di tanah kering. Pada dasarnya pengolahan tanah bertujuan menyiapkan tempat atau media tumbuh yang serasi bagi pertumbuhan tanaman. Pada kesuburan fisik dan kesuburan kimiawi. Jika kedua macam kesuburan telah dipenuhi untuk jenis tanaman yang diusahakan., maka dapat dikatakan tanah tersebut subur bagi tanaman tersebut. Kesuburan fisik sangat erat hubungannya dengan struktur tanah yang menggambarkan susunan butiran tanah, udara, dan air, sehingga dapat menjamin aktivitas akar dalam mengambil zat-zat yang diperlukan tanaman. Sedangkan kesuburan kimiawi sangat erat hubungannya dengan kemampuan tanah menyediakan kebutuhan nutrisi tanaman. Kedua kesuburan tersebut saling berinteraksi dalam menentukan tingkat kesuburan bagi pertumbuhan tanaman.
Di samping itu, pengolahan tanah mencakup pula menghilangkan gulma yang merupakan saingan tanaman, menimbun dan meratakan bahan organik yang penting bagi tanaman serta pertumbuhannya, saluran drainase untuk mencegah terjadinya kelebihan air seperti dikehendaki oleh tanaman. Dalam pengolahan tanah memerlukan waktu mengingat terjadinya proses fisik , kimia dan biologis dalam tanah sehingga terbentuk suatu media yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
a.
Bagi tanaman obat yang dipungut hasilnya dalam bentuk umbi (tuber) umumnya dikehendaki pengolahan-pengolahan tanah cukup dalam (25 – 40 cm), struktur gembur sehingga pertumbuhan umbi atau rimpang dapat berkembang dengan baik.
b.
Menghindari tercampurnya bahan induk yang belum melapuk dalam daerah pekarangan tanaman.Untuk itu perlu adanya waktu yang cukup untuk memberi kesempatan terjadinya proses pelapukan, antara lain proses oksidasi, sehingga akan terbentuk lapisan tanah yang menjamin pertumbuhan akar. Hal itu penting yaitu pada waktu membuat lubang tanah (sedalam 40x 60) bagi tanaman obat berbentuk pohon, seperti Cengkeh (Eugenia caryophyllata), Kola (Cola nitida).
c.
Pembuatan teras – teras apabila tanah terlalu miring,agar erosi dapat diperkecil, misal dalam penanaman Sereh (Cymbopogon nardus ).
d.
Pengolahan tanah intensif, diusahakan bebas gulma pada awal pertumbuhan, yaitu untuk tanaman obat berhabitur perdu seperti Kumis kucing (Orthosiphon stamineus), Mentol (Mentha piperita), Timi (Thymus vulgaris)
e.
Pembuatan guludan sering dilengkapi dengan saluran drainase yang baik, terutama bagi tanaman yang tidak toleran terhadap genangan air .Seperti Cabe ( Capsicum annuum ).
2. Penanaman
Dalam penanaman dikenal dua cara utama yaitu penanaman bahan tanaman (benih atau stek ) secara langsung pada lahan dan disemaikan dahulu baru kemudian diadakan pemindahan tanaman ke lahan yang telah disediakan atau disiapkan. Umumnya persemaian diadakan terutama bagi tanaman yang pada waktu masih kecil memerlukan pemeliharaan intensif. Tanpa perlakuan tersebut akan mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi. Disamping itu persemaian diperlukan apabila benih terlalu kecil sehingga sulit untuk mengatur tanaman sesuai dengan perkembangan teknologi tepat guna.
Tujuan lain dari adanya persemaian agar dapat memanfaatkan (menghemat) waktu musim tanam tiba (umumnya pada awal musim hujan), sehingga pada saat musim tiba tanaman telah mengawali tumbuh lebih dahulu. Contohnya temulawak (Curcuma xanthorrhiza), rimpang ditunaskan lebih dahulu pada persemaian yang lembab dan agak gelap, baru kemudian belahan rimpang dengan tunasnya ditanam di lahan.
Hal-hal yang perlu mendapat pertimbangan pada penanaman tanaman obat antara lain :
a.
Mengingat pada umumnya penanaman pada lahan kering tanpa irigasi dan cuaca cukup panas maka penanaman dilakukan pada awal musim hujan .
b.
Penanaman dengan jarak atau baris teratur akan lebih baik dipandang dari segi fisiologi tanaman pemeliharaan dan estetika.
c.
Penanaman secara tunggal (monokultur) terutama bagi tanaman yang tidak tahan cahaya matahari, misalnya Mentol (Mentha piperita).
d.
Penanaman ganda dapat dilakukan pada tanaman yang memerlukan naungan ataupun untuk pertumbuhannya dapat beradaptasi terhadap sinar matahari tidak langsung, misalnya Kemukus (Piper cubeba) . Tanaman yang dapat saling bertoleransi terhadap persaingan karena dapat memenuhi beberapa tujuan antara lain : memperluas areal tanam (pada satu tempat dan waktu bersamaan ditanam lebih dari satu macam tanaman), menghemat pemeliharaan, memperkecil resiko kegagalan panen. Penggunaan alat penopang bagi tanaman obat yang berbatang merambat dengan sistem tanaman ganda, tiang penopang dapat saja diganti dengan tanaman tegak lalu yang dapat juga menghasilkan.
e.
Populasi tanaman erat hubungannya dengan hasil, antara lain dipengaruhi oleh terjadinya persaingan antara tanaman dan kesuburan tanah.
3. Pemeliharaan tanaman
Beberapa faktor penghambat produksi, misalnya gulma, hama penyakit harus ditekan sehingga batas tertentu. Demikian pula faktor penghambat lingkungan fisik dan kimia , seperti kekurangan air, tingginya suhu, kesuburan tanah, hendaknya diperkecil pengaruhnya. Perlu dilakukan pemupukan, misalnya pemupukan nitrogen pada kandungan alkaloida pada tanaman tembakau ( Nicotiana tobacum) . Demikian pula tindakan pemangkasan merupakan bentuk pemeliharaan lain.
Beberapa tindakan pemeliharaan pada tanaman obat adalah :
a.
Bibit yang mudah layu, perlu adanya penyesuaian waktu tanamnya sehingga tidak mendapat sinar matahari berlebihan, misalnya penanaman Tempuyung (Sonchus arvensis) hendaknya dilakukan pada sore hari dan diberi naungan sementara.
b.
Penyiangan yang intensif guna menekan populasi gulma disamping dapat mengurangi kesempatan tumbuh tanaman usaha juga dapat mengganggu kebersihan hasil pada saat panen ( misal pada tanaman Mentha arvensis)
c.
Penimbunan dan penggemburan dilakukan agar memperbaiki sifat tanah tempat tumbuh.
d.
Perbaikan saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan atau kelebihan air yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
e.
Untuk mengurangi evaporasi (penguapan) air tanah, sehingga kelembaban tanah dapat tetap sesuai , dilakukan pemberian mulsa. Misalnya pada tanaman Jahe ( Zingiber officinale) pemberian mulsa jerami dapat menaikkan hasil sebesar 35 % .
f.
Pemangkasan bunga, yang berarti mencegah perubahan fase vegetatif ke generatif yang banyak memerlukan energi, sehingga kandungan bahan berkhasiat sebagai sumber energi tidak berkurang. Pada tanaman Dioscorea compositae kandungan glikosida diosgenin dapat bertambah dengan dilakukan pemangkasan bunga.
g.
Pemangkasan pucuk batang akan menstimulir percabangan, sehingga dapat menambah jumlah daun yang tumbuh serta kandungan alkaloida dalam akar bertambah. Misalnya pada tanaman Kumiskucing ( Orthosiphon stamineus).
h.
Pemupukan nitrogen dapat meningkatkan kandungan alkaloida dalam akar Pule pandak ( Rauwolfia serpentina).
4. Pemungutan hasil ( panen)
Penentuan saat panen suatu tanaman obat hendaknya selalu diingat akan kwantitas dan kwalitas simplisia. Hal ini mengingat jumlah zat berkhasiat dalam tanaman tidak selalu konstan sepanjang tahun atau selama tanaman siklus hidupnya, tetapi selalu berubah dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Misalnya tanaman Kelembak ( Rheum officinale) tidak mengandung derivat antrakinon dalam musim dingin, melainkan antranol, yang dirubah menjadi antrakinon pada musim panas. Umur tanaman juga umumnya merupakan faktor penting dalam akumulasi bahan yang diinginkan.
Beberapa penentuan (pedoman) saat panen :
a.
Bagi tanaman Empon-empon (familia Zingiberaceae), panen dilakukan umumya pada saat bagian tanaman diatas tanah menua atau kuning yang biasanya terjadi pada musim kering,dan jika yang diambil akarnya . Misalnya temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
b.
Daun dipungut sewaktu proses fotosintesa maksimal yaitu sebelum pembentukan buah. Misal tanaman Saga (Abrus praecatorius) .
c.
Bunga dipetik selagi masih kuncup (sebelum berkembang) misal pada cengkeh (Eugenia caryophyllata).
d.
Buah dipetik menjelang masak, misal Solanum laciniatum sedangkan adas (Anethum graveolens) dipetik setelah masak benar.
e.
Biji dipungut sebaiknya pada saat buah masak
f.
Kulit diambil sewaktu bertunas
L. Pengolahan Simplisia
1. Pengeringan
Hasil panen tanaman obat untuk dibuat simplisia umumnya perlu segera dikeringkan. Tujuan pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air, untuk menjamin dalam penyimpanan, mencegah pertumbuhan jamur, serta mencegah terjadinya proses atau reaksi enzimatika yang dapat menurunkan mutu.
Dalam pengeringan faktor yang penting adalah suhu, kelembaban dan aliran udara ( ventilasi ). Sumber suhu dapat berasal dari matahari atau dapat pula dari suhu buatan.
Umumnya pengeringan bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri atau komponen lain yang termolabil, hendaknya dilakukan pada suhu tidak terlalu tinggi dengan aliran udara berlengas rendah secara teratur. Untuk simplisia yang mengandung alkaloida, umumnya dikeringkan pada suhu kurang dari 70 0 C.
Agar dalam pengeringan tidak terjadi proses pembusukan , hendaknya simplisia jangan tertumpuk terlalu tebal. Sehingga proses penguapan berlangsung dengan cepat. Sering suhu yang tidak terlalu tinggi dapat menyebabkan warna simplisia menjadi lebih menarik. Misalnya pada pengeringanTemulawak suhu awal pengeringan dengan panas buatan antara 50 0– 55 0 C.
2. Pengawetan
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari serangga atau cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform, CCl4, eter atau pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai, sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
3. Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan langsung atau tidak langsung dengan artikel. Wadah langsung (wadah primer) adalah wadah yang langsung berhubungan dengan artikel sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan langsung dengan artikel disebut wadah sekunder.
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang disimpan didalamnya baik secara fisika maupun kimia, yang dapat mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga tidak memenuhi persyaratan resmi.
Wadah tertutup baik : harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
4. Suhu penyimpanan
Dingin : adalah suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin mempunyai suhu antara
20C– 80C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara -200C dan -100C.
Sejuk : adalah suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan yang harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari pendingin.
Suhu kamar : adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang di atur antara 150 dan 300.
Hangat : hangat adalah suhu antara 300 dan 400 .
Panas berlebih : panas berlebih adalah suhu di atas 400.
5. Tanda dan Penyimpanan
Semua simplisia yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda palang medali berwarna merah di atas putih dan harus disimpan dalam lemari terkunci. Semua simplisia yang termasuk daftar obat keras kecuali yang termasuk daftar narkotika, diberi tanda tengkorak dan harus disimpan dalam lemari terkunci.
6. Kemurnian Simplisia
Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada simplisia yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan untuk suatu pembuatan atau isolasi minyak atsiri, alkaloida, glikosida, atau zat aktif lain, tidak harus memenuhi persyaratan tersebut.
Persyaratan yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk yang berasal dari simplisia nabati atau simplisia hewani dapat tercakup dalam masing – masing monografi, sebagai petunjuk identitas, mutu atau kemurniannya.
7. Benda asing
Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung organisme patogen, dan harus bebas dari cemaran mikro organisme , serangga dan binatang lain maupun kotoran hewan . Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir , atau menunjukan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing.
Dalam perdagangan , jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut atau tercampur bagian lain , maupun bagian asing, yang biasanya tidak mempengaruhi simplisianya sendiri. Simplisia tidak boleh mengandung bahan asing atau sisa yang beracun atau membahayakan kesehatan. Bahan asing termasuk bagian lain tanaman yang tidak dinyatakan dalam paparan monografi.
M. Pemalsuan Dan Penurunan Mutu Simplisia
Pemalsuan umumnya dilakukan secara sengaja, sedangkan penurunan mutu mungkin dilakukan secara tidak sengaja.
Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan - persyaratan yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadarnya. Mutu rendah ini dapat disebabkan oleh tanaman asal, cara panen dan pengeringan yang salah, disimpan terlalu lama, kena pengaruh kelembaban, panas atau penyulingan.
Simplisia dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya tidak lagi memenuhi syarat, misalnya menjadi basah oleh air laut, tercampur minyak pelumas waktu diangkut dengan kapal dan lain sebagainya.
Simplisia dinyatakan bulukan jika kwalitasnya turun karena dirusak oleh bakteri, cendawan atau serangga.
Simplisia dinyatakan tercampur jika secara tidak sengaja terdapat bersama-sama bahan-bahan atau bagian tanaman lain, misalnya kuncup Cengkeh tercampur dengan tangkai Cengkeh, daun Sena tercampur dengan tangkai daun.
Simplisia dianggap dipalsukan jika secara sengaja diganti, diolah atau ditambahi bahan lain yang tidak semestinya. Misalnya minyak zaitun diganti minyak biji kapas, tetapi tetap dijual dengan nama minyak Zaitun. Tepung jahe yang ditambahi pati terigu agar bobotnya bertambah, ditambah serbuk cabe agar tetap ada rasa pedasnya, ditambah serbuk temulawak agar warnanya tampak seperti keadaan semula.
N. Pemerian
Adalah uraian tentang bentuk, bau, rasa, warna simplisia, jadi merupakan informasi yang diperlukan pada pengamatan terhadap simplisia nabati yang berupa bagian tanaman ( kulit, daun, akar dan sebagainya ).
O. Isi Simplisia
Isi simplisia dibagi dalam dua kelompok, yaitu isi utama dan isi tambahan. Keterangan tentang isi kadang-kadang malah merupakan kunci dalam sediaan-sediaan galenik.
P. Pembuatan Serbuk Simplisia
§ Bersihkan simplisia dari bahan organik asing dan pengotoran lain secara mekanik atau dengan cara lain yang cocok, keringkan pada suhu yang cocok, haluskan , ayak.Kecuali dinyatakan lain, seluruh simplisia harus dihaluskan sesuai derajat halus yang ditetapkan..
§ Simplisia yang mengandung zat berkhasiat yang tidak tahan panas, dikeringkan pada suhu serendah mungkin, jika perlu dengan pengurangan tekanan udara.
§ Pada pembuatan serbuk simplisia yang mempunyai persyaratan potensi dan kadar zat tertentu, misalnya serbuk Digitalis dan serbuk Opium , boleh ditambahkan serbuk sejenis yang mempunyai potensi atau kadar lebih rendah atau lebih tinggi, atau ditambah bahan lain yang cocok, misalnya Laktosa, Pati beras, hingga hasil pengolahan terakhir memenuhi persyaratan.
Q. Pengambilan Contoh Dan Metode Analisis Simplisia
Perlu dipastikan bahwa contoh suatu simplisia harus mewakili bets yang diuji, untuk mengurangi penyimpangan yang disebabkan oleh kesalahan pengambilan contoh terhadap hasil analisis baik kwalitatif maupun kwantitatif. Cara pengambilan contoh berikut merupakan cara paling sederhana yang dapat diterapkan untuk bahan nabati.
Contoh dalam skala besar
Jika pada pengamatan bagian luar wadah, penandaan dan keterangan etiket menunjukkan bahwa bets dapat dianggap homogen , ambil contoh secara terpisah dari berbagai wadah yang dipilih secara acak sesuai ketentuan dibawah ini. Jika bets tidak dapat dianggap homogen, bagi menjadi beberapa sub-bets yang sehomogen mungkin, kemudian lakukan pengambilan contoh pada masing-masing sub-bets seperti pada bets yang homogen.
Jumlah wadah dalam bets (N)
Jumlah wadah yang harus diambil contohnya (n)
1 sampai 10
semua
11 sampai 19
11
> 19
n = 10 +
Catatan: Bulatkan harga n ke angka yang lebih tinggi.
Contoh bahan harus diambil pada bagian atas, tengah dan bawah dari setiap wadah. Jika contoh bahan terdiri dari bagian – bagian berukuran 1 cm atau lebih kecil dan untuk semua bahan yang diserbukkan atau digiling, lakukan pengambilan contoh dengan menggunakan suatu alat pengambil contoh yang dapat menembus bahan dari bagian atas ke bagian bawah wadah, tidak kurang dari dua kali pengambilan yang dilakukan pada arah yang berlawanan. Jika bahan berupa bagian dengan ukuran lebih dari 1 cm, lakukan pengambilan contoh dengan tangan. Untuk bahan dalam wadah atau bungkus yang besar pengambilan contoh harus dilakukan pada kedalaman 10 cm, karena kelembaban bagian permukaan mungkin berbeda dengan bagian dalam. Persiapkan contoh dalam skala besar dengan menggabungkan dan mencampurkan setiap contoh yang telah diambil dari setiap wadah yang telah terbuka , dan jaga jangan sampai terjadi kenaikan tingkat fragmentasi atau mempengaruhi derajat kelembaban secara bermakna.
Contoh dalam skala laboratorium
Persiapkan contoh laboratorium dengan membagi contoh dalam skala besar menjadi empat bagian (Catatan:cara membagi empat adalah dengan menempatkan contoh , yang telah dicampur dengan baik, diratakan dalam bentuk tumpukan segi empat dan sama rata , kemudian dibagi secara diagonal menjadi empat bagian sama . Ambil kedua bagian yang berlawanan dan campur secara hati-hati . Ulangi proses ini secukupnya sampai diperoleh jumlah yang diperlukan
Contoh untuk pengujian
Kecuali dinyatakan lain pada monografi , buat contoh pengujian sebagai berikut :
Perkecil ukuran contoh dalam skala laboratorium dengan membagi empat, jaga agar setiap bagian dapat mewakili. Pada bahan yang tidak digiling atau tidak diserbukkan, giling contoh sehingga melewati pengayak nomor 20, dan campur hasil ayakan . Jika bahan tidak digiling, perkecil sedapat mungkin sehingga menjadi lebih halus, campur dengan menguling- gulingkan pada kertas atau kain, sebarkan menjadi lapisan tipis dan ambil bagian untuk pengujian .
Bahan Organik Asing
Contoh untuk pengujian
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi , timbang sejumlah contoh dalam skala laboratorium seperti dibawah ini , usahakan agar bagian yang diambil mewakili (jika perlu dibagi empat).
Akar, rimpang, kulit batang dan herba 500 g
Daun, bunga , biji dan buah 250 g
Potongan bagian tanaman (bobot rata-
rata setiap potongan kurang dari 500 mg) 50 g
Tebarkan contoh menjadi suatu lapisan tipis dan pisahkan bahan organik asing dengan tangan sesempurna mungkin. Timbang dan hitung prosentase bahan organik asing terhadap bobot contoh yang digunakan.
R. Penilaian Obat
Ada 5 macam cara pemeriksaan untuk menilai simplisia
1. Secara Organoleptik
Adalah cara pemeriksaan dengan pancaindera dan meliputi pemeriksaan terhadap bentuk, bau, rasa pada lidah dan tangan, kadang- kadang pengamatan dengan pendengaran, dalam hal ini diperhatikan bentuk, ukuran, warna bagian luar dan bagian dalam, retakan- retakan atau gambaran–gambaran dan susunan bahannya (berserat-serat, bergumpal,dan lain sebagainya). Pemeriksaan secara organoleptik harus dilakukan lebih dahulu sebelum dilakukan pemerikaan dengan cara lain, karena pada umumnya pemeriksaan baru dilanjutkan jika penilaian organoleptik memberikan hasil baik . Pada simplisia bentuk serbuk, pemeriksaan secara mikroskopik dapat dilakukan secara serentak dengan cara organoleptik .
2. Secara Mikroskopik
Umumnya meliputi pengamatan terhadap irisan melintang dan terhadap serbuk.
3. Secara Fisika
Meliputi penetapan daya larut , bobot jenis, rotasi optik, titik lebur, titik beku, kadar air, sifat-sifat simplisia di bawah sinar ultra violet, pengamatan mikroskopik dengan sinar polarisasi dan lain sebagainya.
4. Secara Kimia
Yang bersifat kwalitatif disebut identifikasi dan pada umumnya berupa reaksi warna atau pengendapan. Sebelum reaksi-reaksi tersebut dilakukan terlebih dahulu diadakan isolasi terhadap zat yang dikehendaki , misalnya isolasi dengan cara pelarutan, penyaringan dan mikrosublimasi. Pemeriksaan secara kimia yang bersifat kwantitatif disebut penetapan kadar.
5. Secara Hayati / Biologi
Pada umumnya bersifat penetapan potensi zat berkhasiat.
S. Beberapa Istilah Yang Ada Hubungannya Dengan Kegunaan Simplisia Dan Nama Penyakit
1.
Amara
Menambah nafsu makan / pahitan
2.
Anhidrotika
Mengurangi keluarnya keringat
3.
Stomakika
Memacu enzim – enzim pencernaan
4.
Analgetika
Mengurangi rasa nyeri
5.
Antelmintika
Membasmi cacing dari dalam tubuh manusia
6.
Anti fungi
Membasmi jamur, terutama jamur pada kulit, misalnya panu .
7.
Anti hipertensi
Menurunkan tekanan darah.
8.
Anti piretika
Menurunkan suhu badan
9.
Anti emetika
Mencegah atau menghilangkan mual atau muntah
10.
Anti diare
Menghentikan buang air besar , mencret atau murus
11.
Anti neuralgia
Menghilangkan rasa sakit / nyeri di kepala
12.
Anti reumatika
Menghilangkan rasa sakit pada encok / rematik
13.
Anti spasmodika
Pereda / pelawan keadaan kejang pada tubuh (pereda kejang)
14.
Anti septika
Membasmi kuman ( desinfektika )
15.
Antidotum
Penawar racun
16.
Antitusif
Pereda batuk
17.
Ekspetoransia
Mengurangi batuk berdahak
18.
Anti diabetika
Untuk mengobati kencing manis
19.
Anti hemoroida
Untuk mengobati wasir
20.
Anti iritansia
Mencegah perangsangan pada kulit dan selaput lendir
21.
Astringensia
Menciutkan selaput lendir atau pori / pengelat
22.
Cardiaka
Untuk jantung
23.
Cardiotonika
Untuk penguat kerja jantung
24.
Cholagoga
Membantu fungsi dari empedu
25.
Dismenorrhoe
Untuk mengobati nyeri haid
26.
Diaforetika / Sudorifika
Memperbanyak keluarnya keringat / peluruh keringat
27.
Digestiva
Merangsang pencernaan makanan
28.
Diuretika
Melancarkan keluarnya air seni / peluruh air seni
29.
Dilatator
Melebarkan pembuluh darah
30.
Depuratif
Pembersih darah
31.
Emenagoga
Memperbanyak keluarnya haid / peluruh haid
32.
Emetika
Menyebabkan muntah
33.
Gonorrhoe
Kencing nanah
34.
Hair tonic
Menguatkan atau menyuburkan rambut
35
Holitosis
Menyegarkan nafas
36.
Hemostatika
Menghentikan perdarahan
37.
Insektisida
Membasmi serangga
38.
Konstipasi
Sembelit / susah buang air besar
39.
Karminativa
Mengeluarkan angin dari dalam tubuh manusia
40.
Laktagoga
Memperlancar air susu ibu
41.
Laktifuga
Menghentikan atau mengurangi air susu ibu
42.
Litotriptika
Menghancurkan batu pada kandung kemih
43.
Laxantia, laksativa, purgativa
Melancarkan buang air besar / pencahar
44.
Skorbut
Sariawan, gusi berdarah karena kekurangan vitamin C
45.
Vasodilatansia
Memperlebar pembuluh darah
46.
Nephrolithiasis
Penyakit kencing batu
47.
Urolithiasis
Adanya batu dalam saluran air kemih
48.
Parkinson
Penyakit dengan ciri adanya tremor (gemetar), tangan serta kaki bergemetaran pada waktu diam
49.
Parkinsonisme
Penyakit yang mirip parkinson
50.
Parasimpatolitika
Pelawan efek perangsang saraf parasimpatik
51.
Pertusis
Batuk rejan / batuk seratus hari
52.
Roboransia / tonikum
Obat kuat
53.
Skabicida
Obat kudis
54.
Sedativa
Obat penenang
55.
Hipotiroidisme
Kekurangan aktivitas dari kelenjar gondok
56.
Trikhomoniasis
Penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur yang hidup di atas kulit (dermatofyt), jamurnya adalah Trichofyton
T. Bagian - Bagian dari Tanaman
Kormus ( tubuh tanaman ) umumnya dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu radix (akar), caulis (batang) dan folium (daun). Di samping itu pada tanaman dapat ditemukan gema (kuncup), flos (bunga), fructus (buah), semen (biji), tubera (umbi), rhizoma (akar tinggal), bulbus (umbi lapis). Cortex (kulit bagian batang atau buah atau buah yang dapat dikelupas), herba (bagian tanaman lunak di atas tanah), pulpa (daging buah), kayu (lignum).
U. Uraian Tentang Simplisia
1. Buku – buku yang digunakan :
a. Simplisia yang monografinya diuraikan di FI
b. Beberapa simplisia yang monografinya diuraikan di EFI dan dianggap masih
relevan untuk diketahui siswa.
c. Beberapa simplisia yang monografinya diuraikan dalam MMI (MateriaMedika
Indonesia )
d. Simplisia yang sediaan galeniknya diuraikan di FI
e. Simplisia di dalam bab-bab tertentu masih disebutkan oleh FI baik sebagai contoh
maupun keterangan lain.
2. Uraian masing-masing simplisia meliputi :
a. Nama dan sinonim / nama lain simplisia
b. Tanaman asal simplisia
c. Familia atau keluarga simplisia
d. Isi / zat berkhasiat utama dan persyaratan kadar
e. Penggunaannya
f. Pemerian
g. Bagian yang digunakan
h. Keterangan mengenai :
- Sediaan atau preparat yang terdapat di FI dan Form . Nas yang masih
digunakan
- Penyimpanan
- Jenis – jenisnya
- Waktu panen / cara memproleh
F. Farmakokinetika
Toksikologi adalah pemahaman mengenai pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Dari definisi di atas, jelas terlihat bahwa dalam toksikologi terdapat unsur-unsur yang saling berinteraksi dengan suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada sistem biologi tersebut. Salah satu unsur toksikologi adalah agen-agen kimia atau fisika yang mampu menimbulkan respon pada sistem biologi. Selanjutnya cara-cara pemaparan merupakan unsur lain yang turut menentukan timbulnya efek-efek yang tidak diinginkan ini.
Penggolongan agen-agen toksis
Zat-zat toksis digolongkan dengan cara-cara yang bermacam-macam tergantung pada minat dan kebutuhan dari yang menggolongkannya. Sebagai contoh, zat-zat toksis dibicarakan dalam kaitannya dengan organ-organ sasaran dan dikenal sebagai racun liver, racun ginjal penggunaannya dikenal sebagai pestisida, pelarut, bahan additif pada makanan dan lain-lain dan kalau dihubungkan ke sumbernya dikenal sebagai toksin binatang dan tumbuhan kalau dikaitkan dengan efek-efek mereka dikenali sebagai karsinogen, mutagen dan seterusnya. Agent-agent toksis bisa juga digolongkan berdasarkan:
Sifat fisik : gas, debu, logam-logam
Kebutuhan pelabelan : mudah meledak, mudah terbakar, pengoksidir
Kimia : turunan-turunan anilin, Hidrokarbon dihalogenasi dan seterusnya
Daya racunnya : sangat-sangat toksik, sedikit toksik dan lain-lain.
Penggolongan agent-agent toksik atas dasar mekanisme kerja biokimianya (inhibitor-inhibitor sulfhidril, penghasil met Hb) biasanya lebih memberi penjelasan dibanding penggolongan oleh istilah-istilah umum seperti iritasi dan korosif, tetapi penggolongan-penggolongan yang lebih umum seperti pencemar udara, agen yang berhubungan dengan tempat kerja, dan racun akut dan kronis dapat menyediakan satu sentral yang berguna atas satu masalah khusus.
Dari uraian di atas telah terbukti bahwa tidak ada sistem penggolongan tunggal yang dapat diterapkan untuk keseluruhan agen toksik yang beraneka ragam itu dan gabungan dengan sistem-sistem penggolongan yang berdasarkan faktor-faktor lain boleh jadi diperlukan untuk menyediakan sistem perbandingan terbaik untuk satu tujuan tertentu. Meskipun demikian, system penggolongan yang didasarkan pada sifat kimia dan biologis dari agent-agent dan sifat-sifat pemaparan yang khusus sangat disukai untuk dipergunakan oleh pembuat undang-undang atau tujuan pengawasan dan pada umumnya untuk toksikologi.
http://herbafilia.blogspot.co. id/2014/09/Definisi- Farmakologi-dan-Cabang-Cabang- Ilmu-Farmakologi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar